Selasa, 29 Oktober 2013
Senin, 28 Oktober 2013
Selasa, 22 Oktober 2013
Rabu, 16 Oktober 2013
Tugas Translate kode etika profesi akuntansi hal 18
120.1 Prinsip objektivitas membebankan kewajiban pada semua profesional
Akuntan untuk tidak berkompromi penilaian mereka profesional atau bisnis
karena bias, konflik kepentingan atau pengaruh yang tidak semestinya orang lain.
120.2 Akuntan profesional mungkin terpapar situasi yang dapat mengganggu
objektivitas. Hal ini tidak praktis untuk mendefinisikan dan meresepkan semua situasi. A
Akuntan profesional tidak akan melakukan layanan profesional jika
keadaan atau hubungan biases atau terlalu pengaruh akuntan
penilaian terhadap Layanan tersebut.
Jumat, 04 Januari 2013
Cara Menulis Ringkasan atau Rangkuman Yang Baik
Cara Membuat Ringkasan
Bagi orang yang sudah terbiasa membuat ringkasan, mungkin kaidah
yang berlaku dalam menyusun ringkasan telah tertanam dalam benaknya. Meski
demikian, tentulah perlu diberikan beberapa patokan sebagai pegangan dalam
membuat ringkasan terutama bagi mereka yang baru mulai atau belum pernah
membuat ringkasan. Berikut ini beberapa pegangan yang dipergunakan untuk
membuat ringkasan yang baik dan teratur.
1. Membaca Naskah Asli
Bacalah naskah asli sekali atau dua kali, kalau perlu berulang
kali agar Anda mengetahui kesan umum tentang karangan tersebut secara
menyeluruh.Penulis ringkasan juga perlu mengetahui
maksud dan sudut pandangan penulis naskah asli. Untuk mencapainya, judul dan
daftar isi tulisan (kalau ada) dapat dijadikan pegangan karena perincian daftar
isi memunyai pertalian dengan judul dan alinea-alinea dalam tulisan menunjang
pokok-pokok yang tercantum dalam daftar isi.
2. Mencatat Gagasan Utama
Jika Anda sudah menangkap maksud, kesan umum, dan sudut
pandangan pengarang asli, silakan memperdalam dan mengonkritkan semua hal itu.
Bacalah kembali karangan itu bagian demi bagian, alinea demi alinea sambil
mencatat semua gagasan yang penting dalam bagian atau alinea itu. Pokok-pokok
yang telah dicatat dipakai untuk menyusun sebuah ringkasan. Langkah kedua ini
juga menggunakan judul dan daftar isi sebagai pegangan. Yang menjadi sasaran
pencatatan adalah judul-judul bab, judul anak bab, dan alinea, kalau perlu
gagasan bawahan alinea yang betul-betul esensial untuk memperjelas gagasan
utama tadi juga dicatat.
3. Mengadakan Reproduksi
Pakailah kesan umum dan hasil
pencatatan untuk membuat ringkasan. Urutan isi disesuaikan dengan naskah asli,
tapi kalimat-kalimat dalam ringkasan yang dibuat adalah kalimat-kalimat baru
yang sekaligus menggambarkan kembali isi dari karangan aslinya. Bila gagasan
yang telah dicatat ada yang masih kabur, silakan melihat kembali teks aslinya,
tapi jangan melihat teks asli lagi untuk hal lainnya agar Anda tidak tergoda
untuk menggunakan kalimat dari penulis asli. Karena kalimat penulis asli hanya
boleh digunakan bila kalimat itu dianggap penting karena merupakan kaidah,
kesimpulan, atau perumusan yang padat.
4. Ketentuan Tambahan
Setelah melakukan langkah ketiga, terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan agar ringkasan itu diterima sebagai suatu tulisan yang baik.
1. Susunlah ringkasan dalam kalimat tunggal daripada kalimat majemuk.
2. Ringkaskanlah kalimat menjadi frasa, frasa menjadi kata. Jika rangkaian
gagasan panjang, gantilah dengan suatu gagasan sentral saja.
3. Besarnya ringkasan tergantung jumlah alinea dan topik utama yang
akan dimasukkan dalam ringkasan. Ilustrasi, contoh, deskripsi, dsb. dapat
dihilangkan, kecuali yang dianggap penting.
4. Jika memungkinkan, buanglah semua keterangan atau kata sifat
yang ada, meski terkadang sebuah kata sifat atau keterangan masih dipertahankan
untuk menjelaskan gagasan umum yang tersirat dalam rangkaian keterangan atau
rangkaian kata sifat yang terdapat dalam naskah.
5. Anda harus mempertahankan susunan gagasan dan urutan naskah. Tapi yang
sudah dicatat dari karangan asli itulah yang harus dirumuskan kembali dalam
kalimat ringkasan Anda. Jagalah juga agar tidak ada hal yang baru atau pikiran
Anda sendiri yang dimasukkan dalam ringkasan.
6. Agar dapat membedakan ringkasan sebuah tulisan biasa (bahasa tak langsung)
dan sebuah pidato/ceramah (bahasa langsung) yang menggunakan sudut pandang
orang pertama tunggal atau jamak, ringkasan pidato atau ceramah itu harus
ditulis dengan sudut pandangan orang ketiga.
7. Dalam sebuah ringkasan ditentukan pula panjangnya. Karena itu, Anda harus
melakukan seperti apa yang diminta. Bila diminta membuat ringkasan menjadi
seperseratus dari karangan asli, makaiharuslah membuat demikian. Untuk
memastikan apakah ringkasan yang dibuat sudah seperti yang diminta, silakan
hitung jumlah seluruh kata dalam karangan itu dan bagilah dengan seratus. Hasil
pembagian itulah merupakan panjang karangan yang harus ditulisnya. Perhitungan
ini tidak dimaksudkan agar Anda menghitung secara tepat jumlah riil kata yang
ada. Tapi perkiraan yang dianggap mendekati kenyataan. Jika Anda harus
meringkaskan suatu buku yang tebalnya 250 halaman menjadi sepersepuluhnya,
perhitungan yang harus Anda lakukan adalah sebagai berikut:
1. Panjang karangan asli (berupa kata) adalah:
Jumlah halaman x Jumlah baris per halaman x Jumlah kata per baris = 250 x 35 X
9 kata = 78.750 kata.
2. Panjang ringkasan berupa
jumlah kata adalah: 78.750 : 10 = 7.875 kata. Panjang ringkasan berupa jumlah
halaman ketikan adalah: jika kertas yang dipergunakan berukuran kuarto, jarak
antar baris dua spasi, tiap baris rata-rata sembilan kata, pada halaman kertas
kuarto dapat diketik 25 baris dengan jarak dua spasi, maka: Jumlah kata per
halaman adalah: 25x 9 kata = 225. Jumlah halaman yang diperlukan adalah: 7.875:225 = 35 halaman.
Sumber :
Perbedaan Antara Konseptual Dengan Kontekstual
1. Makna Kontekstual
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, yang dimaksud konteks adalah bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat mengandung atau menambah kejelasan makna. Menurut Susilo yang dimaksud dengan konteks adalah segenap informasi yang berada disekitar pemakaian bahasa, bahkan termasuk juga pemakaian bahasa yang ada disekitarnya (Preston, 1984:12). Sarwiji (2008:71) memaparkan bahwa makna kontekstual (contextual meaning; situational meaning) muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran dan situasi pada waktu ujaran dipakai.
Beliau
juga berpendapat bahwa makna kontekstual adalah makna kata yang sesuai dengan
konteksnya (2008:72). Dalam buku linguistik umum Chaer mengungkapkan bahwa
makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam
konteks. Makna konteks juga dapat berkenaan dengan situasinya yakni
tempat, waktu, lingkungan, penggunaan leksem tersebut (1994:290).
Dari beberapa uraian diatas maksud dari makna kontekstual dapat diartikan sebagai makna kata atau leksem yang berada pada suatu uraian atau kalimat yang dapat mengandung atau menambah kejelasan makna, yang dipengaruh oleh situasi, tempat, waktu, lingkungan penggunaan kata tersebut. Artinya, munculnya makna kontekstual bisa disebabkan oleh situasi, tempat, waktu, dan lingkungan. Misalnya, penggunaan makna kontekstual adalah terdapat pada kalimat berikut:
a. Kaki adik terluka karena menginjak pecahan kaca.
b. Nenek mencari kayu bakar di kakigunung.
c. Pensilku terjepit di kaki meja.
d. Jempol kakinya bernanah karena luka infeksi.
Penggunaan kata kaki pada kalimat diatas, bila ditilik pada konteks kalimatnya memiliki makna yang berbeda. Pada kalimat (a), kata kaki berarti ‘alat gerak bagian bawah pada tubuh makhluk hidup’. Sedangkan pada kalimat (b), kata kaki disana memiliki arti ‘bagian bawah dari sebuah tempat’. Untuk kalimat (c), kata kaki merupakan ‘bagian bawah dari sebuah benda’. Berbeda dengan kalimat (d), kata kaki disana memiliki makna ‘bagian dari alat gerak bagian bawah makhluk hidup’.
Kata
kaki pada hakikatnya, mengandung maksud bagian terbawah dari sebuah objek.
Tetapi, dalam penggunaa kata tersebut juga harus disesuaikan dengan konteks,
sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam pengartian kata kaki.
2. Makna Konseptual
2. Makna Konseptual
a. Makna Konseptual
Kamus Besar Bahasa Indonesia mengunkapkan yang dimaksud dengan konsep adalah rancangan; ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Konseptual diartikan sebagai hal-hal yang berhubungan dengan konsep. Chaer juga menuliskan dalam bukunya makna konseptual yaitu makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun (1994: 293).
Dapat dikatakan pula bahwa, makna konseptual merupakan makna yang ada pada kata yang tidak tergantuk pada konteks kalimat tersebut. Makna konseptual juga disebut dengan makna yang terdapat dalam kamus. Contoh dari makna konseptual adalah kata ‘ibu’ yakni ‘manusia berjenis kelamin perempuan dan telah dewasa’.
Makna konseptual sebuah leksem dapat saja berubah atau bergeser setelah ditambah atau dikurangi unsurnya (Sarwiji, 2008:73). Contohnya pada kata atau leksem demokrasi. Leksem tersebut dapat diperluas unsurnya menjadi demokrasi liberal, demokrasi terpimpin, dan demokrasi pancasila, maka makna konseptual tersebut akan berubah.
b. Makna Konseptual Sama Dengan Makna Denotatif
Sarwiji (2008:73) juga menggambarkan bahwa makna konseptual bisa disebut makna denotatif, yaitu makna kata yang masih merujuk pada acuan dasarnya sesuai dengan konvensi bersama. Makna denotatif sendiri merupakan makna yang lugas, dasar dan apa adanya. Chaer mengartikan makna denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem. Makna denotatif mengacu makna asli atau makna sebenarnya dari sebuah kata atau leksem (1994: 292).
Jadi, makna denotatif adalah makna yang terkandung dalam sebuah kata atau leksem yang diartikan secara lugas, polos, asli, apa adanya, sebenarnya dan masih mengacu pada satu sumber atau konvensi bersama. Dengan begitu makna denotatif merupakan makna dasar. Lawan makna denotatif adalah makna konotatif, yang lebih mengandung nilai rasa emotif dalam penggunaannya.
Contoh makna denotatif sebenarnya sama dengan makna konseptual tadi. Namun, untuk lebih jelasnya yang termasuk contoh makna denotatif adalah ‘bunga’ diartikan sebagai ‘bagian tumbuhan yang digunakan sebagai alat reproduksi atau berkembang biak’.
c. Makna Konseptual Sama Dengan Makna Referensial
Dalam blognya Susilo mengungkapkan juga, bahwa makna konseptual sama dengan makna denotatif dan referensial. Sedangkan makna denotatif sama artinya dengan makna konseptual.
Makna refensial adalah makna sebuah kata atau leksem kalau ada refernsnya, atau acuannya. Jadi, sebuah kata atau leksem dikatakan bermakna referensial jika ada referensnya atau acuannya (Dwi, 2008). Referens merupakan unsur luar bahasa yang ditunjuk oleh unsur bahasa. Setaningyan mencontohkan kata-kata seperti kuda, merah, dan gambar adalah termasuk kata-kata yang bermakna referensial karena ada acuannya dalam dunia nyata.
Referensi menunjuk hubungan antara elemen-elemen linguistik dan dunia pengalaman di luar bahasa (Sarwiji, 2008:75). Sehingga harus ada acuannya di dalam dunia nyata ini. Contoh dari makna referensial ini sama dengan makna konseptual dan makna denotatif, karena artinya pun sama, yaitu pada kata ‘pensil’ yang berarti ‘alat yang digunakan untuk menulis dan dapat dihapus dengan karet penghapus’.
d. Makna Konseptual Sama Dengan Makna Leksikal
Makna Konseptual sama artinya dengan makna denotatif. Makna Denotatif adalah makna asli atau sebenarnya yang dimiliki sebuah kata, sehingga makna denotatif sama dengan makna leksikal (Rini Eka, 2008). Makna leksikal adalah makna leksem atau kata yang diartikan ketika tidak dipengaruhi konteks atau saat leksem tersebut berdiri sendiri.
Makna leksikal merupakan kata yang bersifat dasar, hubungan gramatika dan belum mengalami konotasi yang mengacu pada sebuah lambang kebahasaan. Makna leksikal adalah makna yang bersifat lugas dan merupakan makna yang sebenar-benarnya. Dalam makna ini, sebuah kata masih murni dan belum menyiratkan makna-makna lain. Makna leksikal juga lebih dikenal dengan makna yang berada dalam kamus dan mengacu pada makna yang disepakati bersama.
Sama halnya dengan makna-makna sebelumnya yaitu, makna konseptual, makna denotatif, dan makna leksikal, makna leksikal memiliki contoh kata yang berdiri sendiri. Contoh tersebut adalah ‘buaya’ yang berarti ‘binatang melata karnivora purba yang hidup di air dan memiliki sisik tajam’. Arti kata itu berlaku pada kalimat berikut ‘Adik melihat penangkapan buaya di pinggir sungai’. Tidak berlaku pada kalimat berikut ‘Lelaki itu terkenal dengan sebutan lelaki buaya dikalangan wanita”. Pada kalimat kedua, kata buaya bukan lagi sebagai makna leksikal, konseptual, denotatif maupun makna referensial.
Dari beberapa uraian diatas mengandung maksud bahwa makna konseptual adalah makna yang sebenarnya, asli, polos, lugas, tidak tergantung pada konteks, masih merujuk pada acuan dasar sebuah kata. Makna konseptual secara gampang dijelaskan sebagai makna yang ada didalam kamus. Makna konseptual juga berarti makna denotatif, makna referensial, dan makna leksikal.
Sumber :http://colinawati.blog.uns.ac.id/2010/05/10/12/
SISTEMATIKA PENULISAN KARYA ILMIAH
Sistematika
dari penulisan karya ilmiah terdiri dari beberapa bagian sebagai berikut:
JUDUL
ABSTRAK
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
BABI. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan dan Manfaat
Penulisan
1. Tujuan Penulisan
2. Manfaat Penulisan
BAB II. KAJIAN
TEORETIS DAN METODOLOGI PENULISAN
A. Kajian Teoretis
B. Kerangka Berpikir
C. Metodologi
Penulisan
BAB III. PEMBAHASAN
(judul sesuai topik masalah yang dibahas)
A. Deskripsi Kasus
B. Analisis Kasus
BAB IV KESIMPULAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN (termasuk
sinopsis gambaran umum perusahaan yang ditulis)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Memuat fakta-fakta
atau sebab yang relevan sebagai titik tolak dalam
merumuskan masalah
penulisan dan mengemukakan alasan penentuan
masalah. Penulis dapat
mengutip/mengemukakan pendapat para ahli, berita
melalui media massa,
peraturan perundang-undangan yang mendukung
terhadap fakta atau
fenomena yang akan ditulis. Setiap peraturan dan
perundang-undangan
yang dikutip tidak ada catatan kaki, sedangkan pendapat
para ahli, berita
melalui media massa harusdisertai catatan kaki.
B. Perumusan Masalah
Menyatakan secara
tersurat pertanyaan-pertanyaan apa yang ingin dicari
jawabannya. Perumusan
masalah merupakanpertanyaan yang lengkap dan
terperinci mengenai
ruang lingkup permasalahan yang dibahas, diakhir
pertanyaan harus
memberikan tanda tanya (?).
C. Tujuan dan Manfaat
a. Tujuan Penulisan:
Menyebutkan secara spesifik maksud yang ingin dicapai
dalam penulisan.
b. Manfaat Penulisan:
Kontribusi hasil penulisan bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan
teknologi.
BAB II KAJIAN TEORETIS
DAN METODOLOGI PENULISAN
A. Kajian Teoretis
Pemaparan beberapa
teori ilmiah dan temuan-temuan lain yang dianggap perlu
dan relevan dengan
pokok masalah Setiap teori yang dikutip harus disertai
penjelasan dan
komentar penulis tentang kaitan teori tersebut dangan masalah.
Sedangkan pada akhir
dari semua teori-teori yang dikutip, penulis harus
memunculkan
sebuah kesimpulan terkait dengan permasalahan.
B. Kerangka Berpikir
Argumentasi penulis
yang didasari pada teori-teori ilmiah yang telah
dikemukakan dimuka.
Penelitis harus menjelaskan suatu alur kerja atau saling
keterkaitan antar
indikator dengan permasalahan yang dibahas. Peneliti dapat
untuk mengungkapkannya
dapat menggunakan bantuan skema atau bagan penjelasan.
C. Metodologi Penulisan
1. Tempat dan waktu:
jelaskan tempat/lokasi observasi dengan menyebutkan
nama perusahaan serta
alamatnya, kemudian sebutkan waktu observasi
sesuai dengan jadwal
yang ditentukan oleh masing-masing program studi.
2. Metode :
a. Sebutkan nama
metode yang digunakan (misalnya: metode deskriptif
analisis).
b. Teknik pengumpulan
data (misalnya: wawancara, observasi,
menggunakan
kuesioner).
c. Teknik Analisis
Data (misalnya: memakai rumus statistik, rumus
keuangan, atau model
analisis lain seperti SWOT, EOQ, EVA, ABC).
BAB III
PEMBAHASAN (judul bab ini harus
sesui dengan topik yang diangkat)
A. Deskripsi Kasus
Mengidentifikasi
kasus-kasus yang terdapat pada perusahaan (sesuai dengan
kekhususan bidang ilmu
penulis). Kasus yang diidentiftkasi di mulai dengan
kasus sederhana sampai
pada kasus kompleks dan rumit sesuai dengan urgensi
fenomena yang diangkat
pada perumusan masalah.
Kasus yang diangkat
merupakan kasus yang ditemukan di perusahaan dan
penulis terlebih
dahulu melakukan konfirmasi dengan pihak perusahaan (guna
menjamin kesahihan
kasus). Kasus-kasus yang bersifat rahasia tidak disarankan
untuk dibahas oleh
penulis. Kasus yang diangkat dapat berupa point-point uraian
penjelasan atau berupa
tabel, diagram dan sebagainya.
B. Analisis Kasus
Penulis melakukan
pengkajian terhadap kasus yang dipilih sesuai urgensi
permasalahan dan
berusaha mengkaitkan dengan konsep teori dan temuantemuan
lain yang dianggap
perlu. Untuk mendapatkan solusi/pemecahan
terhadap kasus yang
dibahas, penulis dapat juga menggunakan model-model
analisis seperti
analisis SWOT, EOQ dan sebagainya sesuai kebutuhan.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
peneliti harus meyimpulkan hasil
temuan dari analisis kasus dalam bentuk pointpoint
penting secara jelas
dan tepat (tidak boleh menulis simpulan diluar kasus yang
dianalisis). Berangkat
dari kesimpulan tersebut penulis memberikan saran-saran
yang berguna terkait
dengan kasus yang telah dianalisis (untuk jangka pendek,
menengah dan panjang)
terutama ditujukan kepada perusahaan yang ditulis dan
kegunaannya bagi
perkembangan IPTEK. Pada bab ini antara Kesimpulan dan Saran
masing-masing dijadikan sub-bab tersendiri.
Teknik Penulisan
Laporan Karya Ilmiah
A. Bahan dan Teknik Pengetikan
1. Kertas
a. Kertas yang
digunakan untuk menulis karya ilmiah adalah kertas HVS 80 gram
berukuran A4 (21,0 cm
x 29,7 cm)
b. Sampul (kulit luar)
berupa soft cover dari bahan buffalo atau linen pada
saat
ujian karya ilmiah
dan hard cover setelah ujian (revisi) dan dinyatakan lulus
dengan warna magenta.
c. Pembatas antara bab
yang satu dengan bab lainnya diberikan pembatas
kertas doorslag warna
magenta berlogo Universitas Negeri.
2. Jenis Huruf
a. Naskah karya akhir
menggunakan jenis huruf yang sama, dari awal sampai
akhir, yaitu Times
New Roman, ukuran font 12, kecuali judul bab digunakan
ukuran font 14
dan footnote dengan ukuran font 9.
b. Huruf tebal
digunakan untuk judul bab, sub bab, tabel, gambar dan lampiran
c. Huruf miring dapat
digunakan untuk tujuan tertentu, misalnya istilah/kata
dalam bahasa asing,
atau kata yang ingin ditekankan.
3. Margin
Batas pengetikan dari
tepi kertas untuk naskah karya ilmiah adalah sebagai berikut
a. Tepi atas 4 cm
b. Tepi bawah 3 cm
c. Tepi kiri 4 cm
d. Tepi kanan 3 cm
4. Format
a. Setiap judul bab
dan judul lembaran dimulai halaman baru diketik dengan huruf
kapital diletakkan di
tengah (centering) bagian atas halaman.
b. Sub bab diketik di
pinggir sisi kiri halaman dengan menggunakan huruf kecil tebal
kecuali huruf pertama
pada setiap kata diketik dengan huruf kapital.
c. Setiap alinea baru,
kata pertama diketik masuk ke kanan setelah ketukan ketujuh
atau mulai pada
ketukan delapan.
d. Tabel dalam teks
disertai nomor tabel dan judul tabel diketik dengan huruf “T”
kapital seperti Tabel
II.1, berarti tabel Bab II yang pertama dan seterusnya serta
penempatannya di atas
tabel.
e. Gambar dalam teks
disertai nomor gambar dan judul gambar diketik dengan huruf
“G” kapital seperti
Gambar III.1, berarti gambar Bab III yang pertama dan
seterusnya serta
ditempatkan di bawah gambar.
f. Penulisan lambang atau simbol sebaiknya
menggunakan fasilitas program
perangkat lunak
komputer. Sedangkan satuan dan singkatan yang digunakan
hanya yang lazim
dipakai dalam disiplin ilmu masing-masing seperti: 100 C; kg; 12
ppm; ml; dan
sebagainya.
g. Istilah asing yang
dalam teks dicetak miring(Italic) misalnya: et al.; ibid;
supply;
centring; dan sebagainya.
h. Setelah tanda koma,
titik koma, dan titik dua diberi jarak satu ketukan dan
sebelumnya tidak perlu
diberi spasi.
i. Pemutusan kata
harus mengikuti kaedah bahasa Indonesia yang baku dan benar.
5.
Spasi
a. Jarak antara baris
dalam teks adalah dua spasi, kecuali kalimat judul, sub judul,
sub bab, judul tabel,
dan judul gambar serta judul lampiran adalah satu setengah
spasi.
b. Jarak antara judul
bab dengan teks pertama isi naskah atau antara judul bab
dengan sub bab adalah
empat spasi.
c. Abstrak/abstract diketik
dengan jarak satu spasi; judul abstract dan seluruh teksnya
diketik dengan huruf
miring (Italic).
d. Jarak spasi sumber
referensi dalam Daftar Pustaka satu spasi kecuali jarak spasi
antara sumber pustaka.
e. Jarak baris pada
kata pengantar, daftar isi dan daftar tabel maupun gambar 2 (dua)
spasi.
B. Penomoran Halaman
1. Halaman Bagian awal:
Bagian awal karya
ilmiah diberi nomor halaman dengan menggunakan angka
Romawi kecil (i, ii,
iii, dan seterusnya) ditempatkan pada posisi tengah bawah
halaman yang dimulai
dari judul dalam (sesudah sampul) sampai dengan halaman
Riwayat Hidup. Halaman
judul dan halaman persetujuan tidak diberi nomor, tetapi
diperhitungkan sebagai
halaman i dan ii yang tidak perlu diketik.
2. Halaman Utama:
Penomoran mulai dari
Bab Pendahuluan sampai dengan Bab Kesimpulan dan
Saran menggunakan
angka Arab (1, 2, 3 dst.) dan setiap judul bab nomor
diletakkan pada bagian
tengah bawah dan halaman berikutnya diletakkan sudut
kanan atas dengan
jarak tiga spasi. Penomoran bukan bab dan sub bab
menggunakan angka Arab
dengan tanda kurung misalnya: 1), 2) atau (1), (2), dst.
3. Halaman Bagian Akhir:
Penomoran pada bagian
akhir karya ilmiah mulai dari Daftar Pustaka sampai
dengan Riwayat Hidup
menggunakan angka Arab yang diketik pada marjin bawah
persis di
tengah-tengah dengan jarak tiga spasi dari marjin bawah teks, dan
halaman selanjutnya
diketik sebelah kanan atas dengan jarak tiga spasi dari pinggir
atas (baris pertama teks) lurus dengan marjin kanan teks.
C. KUTIPAN
Kutipan dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak
langsung. Kutipan
langsung adalah peneliti mengambil kutipan sesuai dengan sumber
aslinya. Kutipan yang
tidak lebih dari tiga baris diketik dua spasi dengan cara
memberikan tanda petik
diantara teks yang dikutip dan diberi nomor kutipan. kutipan
yang menggunakan
istilah atau bahasa asingdicetak miring dan diberi nomor
kutipan
Ini dapat dilihat pada
contoh berikut :
Menurut Hawkins, Best
dan Cooney mengemukakan pengertian sikap bahwa :“Attitude
is an enduring
organizational, emotional, perceptual an cognitive process with respect to
some aspect
environmental (Sikap adalah suatu
organisasi yang bertahan lama dari
motivasi, emosi,
persepsi, dan proses kognitif dengan menghargai beberapa aspek
lingkungan)”1.
Sedangkan kutipan lebih
dari tiga baris diketik satu spasi dan ditempatkan dalam alinea
tersendiri. Adapun
ketukan baris pertama dan seterusnya sebanyak 7 ketukan. Hal Ini
dapat dilihat pada
contoh berikut :
Syaiful Bahri Djamarah
berpendapat bahwa kelebihan metode diskusi adalah :
1. Menyadarkan anak
didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan
berbagai jalan bukan
satu jalan
2. Menyadarkan anak
didik bahwa dengan diskusi mereka saling
mengemukakan pendapat
secara konstruktif sehingga dapat diperoleh
keputusan yang baik.
3. Membiasakan anak
didik untuk mendengarkan pendapat orang lain
sekalipun berbeda
dengan pendapatnya sendiri dan membiasakan bersikap
toleran”2.
Sedangkan kutipan
tidak langsung adalah peneliti menggambarkan suatu teori
berdasarkan sumber kutipan.
D. CATATAN KAKI
Pencantuman catatan
kaki diperlukan dalam penulisan karya ilmiah. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui
sumber referensi yang menjadi kajian peneliti. Adapun usur pokok
dalam catatan kaki
adalah nama penulis, judul tulisan, data publikasi (kota tempat terbit,
nama penerbit, dan
tahun penerbitan), serta nomor halaman. Semua sumber kutipan
yang baru muncul
pertama kali harus ditulis secara lengkap, sedangkan untuk
pemunculan berikutnya
digunakan singkatanibid, op. cit, atau loc.
cit. Dalam menulis
catatan kaki, baris
pertama harus ke dalam sebanyak 7 (tujuh) ketukan.
Ibid adalah singkatan dari ibidem,
digunakan apabila sumber kutipan pertama diikuti
dengan kutipan
berikutnya dimana sumbernya sama, tanpa diselingi dengan sumber
kutipan lain.
Loc. cit. adalah singkatan dari loco citato,
artinya yaitu tempat yang pernah dikutip.
Kutipan berasal dari
sumber yang sama dengan sumber yang pernah dikutip
(halamannya sama),
tetapi telah diselingi dengan sumber kutipan lain.
Op. cit. adalah singkatan dari opere citato,artinya
karya yang telah dikutip (dikutip
terlebih dahulu).
Kutipan berasal dari sumber yang sama dengan sumber yang pernah
dikutip (halamannya
berbeda), tetapi telah diselingi dengan sumber kutipan lain.
Contoh Penulisan
Catatan Kaki:
Pada Halaman 1
1William H.
Newman, Administrative Action(London: Prentice Hall, Inc., 1963),
p.463
2Ibid., p. 473
3Pangripto, “Manajemen
Rumah Sakit”,Jurnal Kesehatan dan Gizi, Vol. 3 No.
2, Juni 1998, pp.
55-58
4 William H.
Newman, loc. cit.
Pada Halaman 2
5Gunawan Adisaputro et al., Business Forecasting: Latar
Belakang Teoretis,
Vol. 1 (Yogyakarta:
Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, 1974), p. 53.
6William H. Newman,
op. cit., p.590
10John M.
Spiszer, Leadership and Combat Motivation: The Critical Task, 1999,
E. DAFTAR PUSTAKA
Ketentuan dalam
penulisan daftar pustaka adalah sebagai berikut :
1. Tuliskan nama pengarang,
judul karangan dan data tentang penerbitannya (tempat,
penerbit dan tahun)
2. Daftar pustaka
disusun secara alfabetis tidak hanya huruf terdepannya tetapi juga
huruf kedua dan
seterusnya.
3. Daftar pustaka
diketik satu spasi dan jarak antara masing-masing pustaka adalah
dua spasi.
4. Huruf pertama dari
baris pertama masing-masing pustaka diketik tepat pada garis
tepi kiri tanpa
ketukan (indensi) dan baris berikutnya digunakan indensi 7 karakter.
5. Apabila nama
pengarang sama dan judul berbeda, maka baris pertama harus diberi
garis terputus-putus
sebanyak 14 (empat belas) ketukan
6. Penulisan nama
pengarang diawali dengan nama keluarga, kemudian namanya.
Untuk dua atau tiga
pengarang, nama pengarang kedua dan ketiga tidak perlu
dibalik.
7. Penulisan nama
pengarang yang bermarga cina atau mandarin, ditulis apa adanya
(tidak diindeks).
8. Jika nama pengarang
sama dalam dua tahun penerbitan berbeda, maka daftar
pustaka disusun
menurut urutan waktu (tahun)
9. Nama pengarang
sama, judul berbeda perlu diberikan garis sebanyak 14 ketukan
10. Sama sekali tidak
boleh mencantumkan sumber referensi yang tidak pernah dibaca
dan tidak
boleh mencantumkan gelar .
11. Dalam daftar
pustaka/catatan kaki, tulisan yang bersumber dari majalah/ koran/makalah
yang diberi garis
bawah atau ditebalkan adalah nama majalah/korannya yang
menerbitkan.
Contoh Penulisan
Daftar Pustaka
1) Buku
a. Satu Pengarang
Nasoetion, Andi
Hakim. Metode Statstika.Yakarta: Penerbit PT Gramedia, 1980
Turabian, Kate
L. A Manual for Writers of Term Papers, Theses, and Dissertations.
Chicago: University of
Chicago Press, 1980.
b. Dua Pengarang
Kennedy, Ralph Dale
dan Stewart Y. McMullen. Financial Statement: Form, Análisis
and Interpretation. Petaling Jaya: Irwin Book Company, 1973
Pangestu, Subagyo dan
Djarwanto. Statistik Deskriptif. Yogyakarta: BPFE, 1982
c. Tiga Pengarang
Heidirachman R.,
Sukanto R., dan Irawan.Pengantar Ekonomi Preusan. Yogyakarta:
Bagian Penerbitan
Facultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, 1980.
Jahoda, Marie, Morton
Deutsch, dan Stuart W. Cook. Research Methods in Social
Relation. New Cork: Dryden Press, 1951.
d. Lebih Dari Tiga Pengarang
Selltiz, Claire, et
al. Research Methods in Social Relations. New Cork: Holt, Rinehart &
Winston, 1959
Sukanto, et
al. Business Forecasting. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Facultas
Ekonomi Universitas
Gadjah Mada, 1980.
e. Pengarang Sama
Newman, William
H. The Process of Management. London: Prentice Hall. Inc.,
1961.
________________. Administratif
Action. London: Prentice Hall. Inc., 1963.
f. Tanpa Pengarang
Author’s Guide. Englewood, Cliffs, N.J.: Prentice Hall.
Inc., 1975.
Scientific Method in Business. Collage Park: University of Maryland, 1973.
2) Buku Berjilid/Berseri:
Edwards, James D., et
al. Accounting: A Programmed Text. Vol. I. Homewood, Illinois:
Richards D. Irwin,
Inc., 1967.
Suhardi Sigit. Azas-Azas
Accounting. Bagian Pertama. Yogyakarta: Fa. Sarjana, 1968.
3) Buku Terjemahan/Saduran/Suntingan:
Booth, Anne, dan Meter
McCawley. Ekonomi Orde Baru. Suntingan Sujarwadi. Yakarta:
LP3ES, 1982.
Conant, James B. Teori
dan Soal-Soal Ekonomi Makro. Terjemahan Faried Wijaya.
Yogyakarta: Bagian
Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah
Mada, 1978.
Kotler, Phlips. Marketing
Management. Saduran Karyadi dan Sri Suwarsi. Surakarta:
Facultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret, 1978.
4) Buku Dengan Edisi Bukan Edisi Pertama:
Djarwanto Ps. Statistik
Nonparametrik. Edisi 2. Yogyakarta: BPFE, 1985.
Shepherd, William
R. Historical Atlas. 8th ed. New Cork: Barnes & Noble,
1956.
5) Bab Yang Ditulis bukan oleh Pengarang atau
Penyunting Buku yang Bersangkutan:
Ahluwalia, M. “Income
Inequality: Some Dimensions of the Problem”, In H.
Chenery, et al.
Redistribution With
Growth. London: Oxford
University Press, 1974.
Soelistyo, Sudarsono,
dan Ari Sudarman. “Prospek Kesempatan Kerja dan Pemerataan
Pendapatan Dalam
Repelita III”. Dalam The Kian Wie (Penyuntingan).
Pembangunan Ekonomi
dan Pemerataan: Beberapa Pendekatan Alternatif.
Jakarta: LP3ES, 1981.
6) Seri atau Rangkaian:
Sutrisno Hadi. Efisiensi
Kerja. Jilid I dari Seri Kapita Selekta “Psikologi Kerja”, 5 jilid.
Yogyakarta: [t.p.],
[t.th].
Terman, Lewis M., dan
Melita H. Olden. The Gifted Child Grows Up. Vol. 4 of the
“Genetic Studies of Genius Series”, Lewis M. Terman (ed.).
Standford: Stanford University Press, 1974.
7) Lembaga Sebagai Penyunting Buku:
Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa. Pedoman
Umum Ejaan Yang Disempurnakan. Jakarta: PN Balai
Pustaka, 1980.
FAO. Production
Yearbook 1975. Rome: FAO, 1976.
8) Surat Kabar:
Salim, Emil. “Forest
Sustainability Management”, The Jakarta Post. Februari 6, 1977.
Karlina. “Sebuah
Tanggapan: Hipotesa dan Setengah Ilmuan”. Kompas. 12 Desember
1981.
9) Jurnal/Peberbitan Berkala:
Rahardjo, M. Dawam.
“Dunia Bisnis di Persimpangan Jalan”, Prisma. Juli 1983, 7, hal. 1-
12.
Dharmawan, Johan.
“Uruea dan TPS di Indonesia dalam Analisis Permintaan
Kuantitatif”, Jurnal
Argo Ekonomi. Mei 1982, 2, hal. 1 – 27.
10) Hasil Penelitian:
Kasryno, Faisal, et
al. Perkembangan Institusi dan Pengaruhnya Terhadap Distribusi
Pendapatan dan
Penyerapan Tenaga Kerja: Kasus di Empat Desa di Jawa
Barat. Bogor: Studi Dinamika Pedesaan, 1981.
Nganji, Kalikit, et
al. Regional Studi Daerah Kedu dan Surakarta. Salatiga: Fakultas
Ekonomi Universitas
Kristen Satyawacana, 1976.
11) Paper dalam Seminar/Lokakarya:
Mangundikoro, Apandi.
“Konservasi Tanah dalam Rangka Rehabilitasi Lahan di Wilay
ah Daerah Aliran Sungai”.
Kertas Kerja padaLokakarya Pola Tanam dan
Usahatani ke-IV, Bogor, 20 – 21 Juni 1983.
Suranggadjiwa, L.M.
Harris. “Pengelolaan Daerah Aliran Sungai”. Kereta Kerja pada
Seminar Nasional
Pengembangan Lingkungan Hidup, Jakarta, 5 – 6 Juni
1978.
12) Bahan yang Tidak Diterbitkan:
Brizi. Teknik
Perencanaan Linear untuk Penyusunan Rencana di Bidang Pertanian.
Bogor: Institut
Pertanian Bogor, 1979. (Stensilan).
Coffin, Thomas
E. Beyond Audience: The Measurement of Advertising Effectiveness.
(Monographed report,
Undated).
13) Karya ilmiah/Tesis/Disertasi:
Budiarto. Sebab-sebab
dan Cara Pencegahan Labour Turnover di Pabrik Rokok Menara
Sala. Skirpsi Sarjana (Tidak diterbitkan).
Yogyakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Gadjah
Mada, 1972.
Swenson, Geoffrey
C. The Effect of Increases in Rice Production on Employment and
Income Distribution in
Thanjavur District, South India. Unpublished Ph.D.
Disertation.
Minchigan: Minchigan University, 1973.
14) Artikel dalam Ensiklopedia:
Banta, Richard E. “New
Harmony”,Encyclopedia Britanica (1968 ed.), vol. 16, p. 305
Morris, Edward
Parmelle. “The Latin Language”, The Encyclopedia Americana(1936
ed.), vol. 17, pp. 47
– 48.
15) Internet:
Spiszer, John M. Leadership
and Combat Motivation: The Critical Task. 1999.
http://www.cgsc.army.mil
/milrev/english/MayJun99/Spiszer.htm. (Diakses
tanggal 12 September
1999).
Langganan:
Postingan (Atom)